Balong Tamansari Lelea
Konon kabarnya sebelum menjadi desa Tamansari ada seorang penguasa wilayah yang bernama Pangeran Temenggung dan pengeran Senopati yang berdomisili di salah satu tempat yang sekarang disebut kampung Temengungan dan Kampung Sanapati. Kekusaan Pangeran Temenggung meliputi hampir sebagian Rumpin Utara. Diceritakan bahwa pangeran Temenggung ini Ia bersahabat dengan Sultan Nurudin yang sekarang disebut Kp. Nordin, Pangeran Suryanata Din Suro yang sekarang bernama Kp. Suradita, Pangeran Mas Kandangan yang sekarang bernama Kp. Cikandang, Eyang Mpuh Saadah atau masyakat menyebutnya Ki Buyut dan sekarang dikenal dengan nama Kapunduan. Pangeran –pangeran ini selain menguasai wilayahnya sekaligus mengenalkan dan menyebarkan agama Islam. Pangeran Temenggung membuat sebuah Taman yang sangat indah dan Asri sebagai tempat peristirahatan pangeran. Dan membuat Panayagan yakni tempat hiburan sekaligus pusat dakwah ajaran Islam yang saat ini dikenl dengan sebutan Kampung Panagan. Konon setiap orang yang ingin menonton hiburan diharuskan membaca dua Kalimat syahadat sebagai penggangi tiket/karcis masuk. Karena dirasakan taman ini sangat indah dan asri, maka orang-orang tua terdahulu mengabadikan dan menyandarkan untuk sebuah nama desa yang sekarang disebut Desa Tamansari. Taman memiliki arti sebuah tempat yang dipenuhi dengan keindahan dan memilki suasana dan kondisi yang tenang, sedang Sari artinya sejuk, nyaman. Jadi Tamansari adalah tempat yang penuh keindahan, kesejukan dan kenyamanan.
2.1.1.2 Terbentuknya Desa Tamansari
Catatan sejarah Desa Tamansari menerangkan bahwa Pangeran Temenggung menjadi sumber penguasa wilayah. Dalam Pelaksanaan pemerintahannya Dia dibantu oleh Pangeran Senopati. Pangeran Temenggungan kemudian membangun berbagai fasiltas di antaranya : Masjid yang kemudian dikenal sekarang Masjid Jami Attamimiyah, Taman, Tempat Musyawarah dan hiburan (Panayagan), dan mendatangkan dai dari Banten yang bernama Embah Kosim dan Embah Mustakim.
Pada saat Kekuasaan Belanda diutuslah van de kock untuk menjadi penguasa undernemeng (VOC) dan Dia membuat perkebunan karet sekaligus Pabriknya. Kekuasaan ini terus berlangsung sampai datangnya Jepang. Pada saat kekusaan Jepang Van de kock menyerahkan pemerintahan kepada salah satu pribumi di wilayah Temanggungan. Kemudian pada pasca kemerdekaan masyarakat menunjuk Muhammad Nur sebagai Kepala Desa Tamansari.
Kepala Desa Tamansari pada zaman penjajahan Belanda adalah :
Mohammad Nur
Kepala Desa Tamansari Pasca Kemerdekaan adalah :
1. H. Muhammad Sanusi, Juru Tulis Tb. Halimi
2. Tb. Halimi, juru tulis Sahroni
3. M. Masnun, Juru Tulis Emed
4. Jamhuri, Juru Tulis Mastur
5. Matin, juru Tulis Mastur
Kuwu Setelah Orde Baru (Repormasi) adalah :
1. H. Wahyudin, (1984-2001) sekdes Mastur / Zaenul Huda
2. Suhendra, (tahun 2001 – Sekarang), Sekdes Zaenul Huda
Kebuadayan masyarakat Tamansari yang ada sejak zaman dulu diantaranya : Tradisi Ngaruat Lembur, Tradisi Ziarah, Tradisi Hajat Tujuh Bulan, tradisi Marhabaan, dan Lain-lain.
Komentar
Posting Komentar